Header h1 { text-shadow: 2px 2px 5px #1780dd; } -->

Sejarah Teori Ekonomi

Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.

Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala Aristotles.

Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian Machiavelli. Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.

Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf U).

Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah tentang penentuan harga barang. Penganut Katolik dan Protestan terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik Spanyol pada abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat laissez faire.

Selanjutnya pada era Reformation pada 16th century, ide tentang perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir Middle Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja. Pertukaran ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan religious dalam masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu. Karena pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan, pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan, material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas yang berbeda.

Niccolò Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya maupun oleh kaum kebanyakan. Dengan cara itu maka negara akan dilihat sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya. Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of payments.

Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap paling awal dari perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries; European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan menenggelamkan feudal system yang sebelumnya.

Merkantilisme adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade di Britain pada 1830s.

Di bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem kontrol dari negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan dari mercantilism adalah :

"the opening and well-balancing of trade; the cherishing of manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil; the regulation of prices…"

Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals. Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak dapat ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods.

Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy. Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.

Selama the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji sebagai rintisan awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras.

Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan Etienne Bonnot de Condillac. Richard Cantillon (1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak ekonomi yang sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme otomatis dalam pasar yakni penawaran dan permintaan, peran vital dari kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter “pra-Austrian” yang canggih yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga mengubah pola pengeluaran.

Jaques Turgot (1727-81) adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja (guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum dan mempertahankan anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun akhirnya dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and Distribution of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian. Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai sektor paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga, dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.

Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government (terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja.

Tokoh lainnya, Anders Chydenius (1729–1803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki hubungan antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism, sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih komprehensif dalamThe Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy, kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota masyarakat.

Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th, ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith, menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru, mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.

Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya Adam Smith's The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's thesis berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya sendiri-sendiri tanpa harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang biasa disebut sebagai "invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri.

Smith adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama John Stuart Mill and David Ricardo. John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price.

Pertengahan abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks; dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of production.

Hasil dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist system dan mengakibatkan penurunan traditional handicraft skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini, capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry dan peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih daripada yang digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan mechanization of agriculture.

Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Britain dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism. Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada 1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan perkembangan market economy.

Pada abad 19th, Karl Marx menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika yang diambil dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja: pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit.

Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance capitalism," dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam accumulation of money profits dalam financial system. Penampakan utama capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry oleh financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari complex system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators. Akhir abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang dibuat pada margins of economic activity.

Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era "monopoly capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase of capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.

Perkembangan selanjutnya ekonomi menjadi lebih bersifat statistical, dan studi tentang econometrics menjadi penting. Statistik memperlakukan price, unemployment, money supply dan variabel lainnya serta perbandingan antar variabel-variabel ini, menjadi sentral dari penulisan ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi. Pada quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts mendorong legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies dari masa ini. Secara berangsur-angsur, U.S. federal government memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan regulation of industrial standards untuk key industries of special public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari 1930s berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s, Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk menghindari akibat dari global depression.

Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand. Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S. government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga. Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies, sepreti France misalnya, telah mencapai ratios of government expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States. Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed economies."

Selama periode postwar boom, penampakan yang luasa dari new analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk menjelaskan social dan economic trends dari masa ini, mencakup konsep post-industrial society dan welfare statism. Phase dari capitalism sejak awal masa postwar hingga 1970s memiliki sesuatu yang kerap disebut sebagai “state capitalism”, terutama oleh Marxian thinkers.

Banyak economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s. pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada akhir 1940s dan awal 1950s oleh Milton Friedman yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.

Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang semula berbasis price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan pertukaran yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang sebagai variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat.

Masa postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya economic crises experienced mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation” dari 1970s mendorong banyak economic commentators politicians untuk memunculkan neoliberal policy diilhami oleh laissez-faire capitalism dan classical liberalism dari abad 19th, terutama dalam pengaruh Friedrich Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan Ronald Reagan di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s.

Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan oleh Joseph Stiglitz. Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas disini seperti karena memengaruhi modern economic dan menghasilkan dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan Third-World debt reliefSejarah Perkembangan Teori Ekonomi</b> adalah suatu pemikiran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme" title="Kapitalisme">kapitalisme</a> yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi" title="Ekonomi">ekonomi</a> dari era <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani" title="Yunani">Yunani</a> kuno sampai era sekarang. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles" title="Aristoteles">Aristoteles</a>
 adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan
membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural".
 Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan
kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya.</span></span><!--more--><span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara
potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak
berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai
 sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati
transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia
ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini
kelak akan banyak dipuji oleh para penulis <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen" title="Kristen">Kristen</a> di Abad Pertengahan.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan
dapat memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan
 derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan
“kehidupan yang baik ala Aristotles.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai Indian <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Machiavelli" title="Machiavelli">Machiavelli</a>.
 Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari
India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan
yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul
Arthashastra (Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai
pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang dibahas
dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang
bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan solid, dan juga masalah
etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan
seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang
dapat mengikat kebersamaan masyarakat.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Tokoh pemikir Islam juga memberikan sumbangsih pada pemahaman di
bidang ekonomi. ibn Khaldun dari Tunis (1332–1406) menulis masalah teori
 ekonomi dan politik dalam karyanya Prolegomena, menunjukkan bagaimana
kepadatan populasi adalah terkait dengan pembagian tenaga kerja yang
dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sebaliknya mengakibatkan pada
penambahan populasi dalam sebuah lingkaran. Dia juga memperkenalkan
konsep yang biasa disebut dengan Khaldun-Laffer Curve (keterkaitan
antara tingkat pajak dan pendapatan pajak dalam kurva berbentuk huruf
U).</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Perintis pemikiran barat di bidang ekonomi terkait dengan debat
scholastic theological selama Middle Ages. Masalah yang penting adalah
tentang penentuan harga barang. Penganut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik" title="Katolik">Katolik</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protestan" title="Protestan">Protestan</a> terlibat dalam perdebatan tentang apa itu yang disebut “harga yang adil” di dalam ekonomi pasar. Kaum skolastik <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spanyol" title="Spanyol">Spanyol</a>
 pada abad 16 mengatakan bahwa harga yang adil tak lain adalah harga
pasar umum dan mereka umumnya mendukung filsafat laissez faire.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Selanjutnya pada era Reformation pada 16th century, ide tentang
perdagangan bebas muncul yang kemudian diadopsi secara hukum oleh Hugo
de Groot atau Grotius. Kebijakan ekonomi di Europe selama akhir Middle
Ages dan awal Renaissance adalah memberlakukan aktivitas ekonomi sebagai
 barang yang ditarik pajak untuk para bangsawan dan gereja. Pertukaran
ekonomi diatur dengan hukum feudal seperti hak untuk mengumpulkan pajak
jalan begitu juga pengaturan asosiasi pekerja (guild) dan pengaturan
religious dalam masalah penyewaan. Kebijakan ekonomi seperti itu
didesain untuk mendorong perdagangan pada wilayah tertentu. Karena
pentingnya kedudukan sosial, aturan-aturan terkait kemewahan dijalankan,
 pengaturan pakaian dan perumahan meliputi gaya yang diperbolehkan,
material yang digunakan dan frekuensi pembelian bagi masing-masing kelas
 yang berbeda.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Niccolò Machiavelli dalam karyanya The Prince adalah penulis pertama
yang menyusun teori kebijakan ekonomi dalam bentuk nasihat. Dia
melakukannya dengan menyatakan bahwa para bangsawan dan republik harus
membatasi pengeluarannya, dan mencegah penjarahan oleh kaum yang punya
maupun oleh kaum kebanyakan. Dengan cara itu maka negara akan dilihat
sebagai “murah hati” karena tidak menjadi beban berat bagi warganya.
Selama masa Early Modern period, mercantilists hampir dapat merumuskan
suatu teori ekonomi tersendiri. Perbedaan ini tercermin dari munculnya
negara bangsa di kawasan Eropa Barat yang menekankan pada balance of
payments.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Tahap ini kerapkali disebut sebagai tahap paling awal dari
perkembangan modern capitalism yang berlangsung pada periode antara abad
 16th dan 18th, kerap disebut sebagai merchant capitalism dan
mercantilism. Babakan ini terkait dengan geographic discoveries oleh
merchant overseas traders, terutama dari England dan Low Countries;
European colonization of the Americas; dan pertumbuhan yang cepat dari
perdagangan luar negeri. Hal ini memunculkan kelas bourgeoisie dan
menenggelamkan feudal system yang sebelumnya.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme" title="Merkantilisme">Merkantilisme</a>
 adalah sebuah sistem perdagangan untuk profit, meskipun produksi masih
dikerjakan dengan non-capitalist production methods. Karl Polanyi
berpendapat bahwa capitalism belum muncul sampai berdirinya free trade
di Britain pada 1830s.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Di bawah merkantilisme, European merchants, diperkuat oleh sistem
kontrol dari negara, subsidies, and monopolies, menghasilkan kebanyakan
profits dari jual-beli bermacam barang. Dibawah mercantilism, guilds
adalah pengatur utama dari ekonomi. Dalam kalimat Francis Bacon, tujuan
dari mercantilism adalah&nbsp;:</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
"the opening and well-balancing of trade; the cherishing of
manufacturers; the banishing of idleness; the repressing of waste and
excess by sumptuary laws; the improvement and husbanding of the soil;
the regulation of prices…"</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Di antara berbagai mercantilist theory salah satunya adalah
bullionism, doktrin yang menekankan pada pentingnya akumulasi precious
metals. Mercantilists berpendapat bahwa negara seharusnya mengekspor
barang lebih banyak dibandingkan jumlah yang diimport sehingga luar
negeri akan membayar selisihnya dalam bentuk precious metals.
Mercantilists juga berpendapat bahwa bahan mentah yang tidak dapat
ditambang dari dalam negeri maka harus diimport, dan mempromosikan
subsidi, seperti penjaminan monopoli protective tariffs, untuk
meningkatkan produksi dalam negeri dari manufactured goods.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Para perintis mercantilism menekankan pentingnya kekuatan negara dan
penaklukan luar negeri sebagai kebijakan utama dari economic policy.
Jika sebuah negara tidak mempunyai supply dari bahan mentahnnya maka
mereka harus mendapatkan koloni darimana mereka dapat mengambil bahan
mentah yang dibutuhkan. Koloni berperan bukan hanya sebagai penyedia
bahan mentah tapi juga sebagai pasar bagi barang jadi. Agar tidak
terjadi suatu kompetisi maka koloni harus dicegah untuk melaksanakan
produksi dan berdagang dengan pihak asing lainnya.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Selama the Enlightenment, physiocrats Perancis adalah yang pertama
kali memahami ekonomi berdiri sendiri. Salah satu tokoh yang terpenting
adalah Francois Quesnay. Diagram ciptaannya yang terkenal, tableau
economique, oleh kawan-kawannya dianggap sebagai salah satu temuan
ekonomi terbesar setelah tulisan dan uang. Diagram zig-zag ini dipuji
sebagai rintisan awal bagi pengembangan banyak tabel dalam ekonomi
modern, ekonometrik, multiplier Keynes, analisis input-output, diagram
aliran sirkular dan model keseimbangan umum Walras.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Tokoh lain dalam periode ini adalah Richard Cantillon, Jaques Turgot, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Etienne_Bonnot_de_Condillac&amp;action=edit&amp;redlink=1" title="Etienne Bonnot de Condillac (halaman belum tersedia)">Etienne Bonnot de Condillac</a>. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Richard_Cantillon&amp;action=edit&amp;redlink=1" title="Richard Cantillon (halaman belum tersedia)">Richard Cantillon</a>
 (1680-1734) oleh beberapa sejarawan ekonomi dianggap sebagai bapak
ekonomi yang sebenarnya. Bukunya Essay on the Naturof Commerce ini
General (1755, terbit setelah dia wafat) menekankan pada mekanisme
otomatis dalam pasar yakni penawaran dan permintaan, peran vital dari
kewirausahaan, dan analisis inflasi moneter “pra-Austrian” yang canggih
yakni tentang bagaimana inflasi bukan hanya menaikkan harga tetapi juga
mengubah pola pengeluaran.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;"><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaques_Turgot&amp;action=edit&amp;redlink=1" title="Jaques Turgot (halaman belum tersedia)">Jaques Turgot</a>
 (1727-81) adalah pendukung laissez faire, pernah menjadi menteri
keuangan dalam pemerintahan Louis XVI dan membubarkan serikat kerja
(guild), menghapus semua larangan perdagangan gandum dan mempertahankan
anggaran berimbang. Dia terkenal dekat dengan raja meskipun akhirnya
dipecat pada 1776. Karyanya Reflection on the Formation and Distribution
 of Wealth menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang perekonomian.
Sebagai seorang physiocrats, Turgot membela pertanian sebagai sektor
paling produktif dalam ekonomi. Karyanya yang terang ini memberikan
pemahaman yang baik tentang preferensi waktu, kapital dan suku bunga,
dan peran enterpreneur-kapitalis dalam ekonomi kompetetitif.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Etienne Bonnot de Condillac (1714-80) adalah orang yang membela
Turgot di saat-saat sulit tahun 1775 ketika dia menghadapi kerusuhan
pangan saat menjabat sebagai menteri keuangan. Codillac juga merupakan
seorang pendukung perdagangan bebas. Karyanya Commerce and Government
(terbit sebulan sebelum The Wealth of Nation, 1776) mencakup gagasan
ekonomi yang sangat maju. Dia mengakui manufaktur sebagai sektor
produktif, perdagangan sebagai representasi nilai yang tak seimbang
dimana kedua belah pihak bisa mendapat keuntungan, dan mengakui bahwa
harga ditentukan oelh nilai guna, bukan nilai kerja.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Tokoh lainnya, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anders_Chydenius&amp;action=edit&amp;redlink=1" title="Anders Chydenius (halaman belum tersedia)">Anders Chydenius</a>
 (1729–1803) menulis buku The National Gain pada 1765 yang menerangkan
ide tentang kemerdekaan dalam perdagangan dan industri dan menyelidiki
hubungan antara ekonomi dan masyarakat dan meletakkan dasar liberalism,
sebelas tahun sebelum Adam Smith menulis hal yang sama namun lebih
komprehensif dalamThe Wealth of Nations. Menurut Chydenius, democracy,
kesetaraan dan penghormatan pada hak asasi manusia adalah jalan
satu-satunya untuk kemajuan dan kebahagiaan bagi seluruh anggota
masyarakat.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Mercantilism mulai menurun di Great Britain pada pertengahan 18th,
ketika sekelompok economic theorists, dipimpin oleh Adam Smith,
menantang dasar-dasar mercantilist doctrines yang berkeyakinan bahwa
jumlah keseluruhan dari kekayaan dunia ini adalah tetap sehingga suatu
negara hanya dapat meningkatkan kekayaannya dari pengeluaran negara
lainnya. Meskipun begitu, di negara-negara yang baru berkembang seperti
Prussia dan Russia, dengan pertumbuhan manufacturing yang masih baru,
mercantilism masih berlanjut sebagai paham utama meskipun negara-negara
lain sudah beralih ke paham yang lebih baru.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Pemikiran ekonomi modern biasanya dinyatakan dimulai dari terbitnya
Adam Smith's The Wealth of Nations, pada 1776, walaupun pemikir lainnya
yang lebih dulu juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Ide utama
 yang diajukan oleh Smith adalah kompetisi antara berbagai penyedia
barang dan pembeli akan menghasilkan kemungkinan terbaik dalam
distribusi barang dan jasa karena hal itu akan mendorong setiap orang
untuk melakukan spesialisasi dan peningkatan modalnya sehingga akan
menghasilkan nilai lebih dengan tenaga kerja yang tetap. Smith's thesis
berkeyakinan bahwa sebuah sistem besar akan mengatur dirinya sendiri
dengan menjalankan aktivits-aktivitas masing-masing bagiannya
sendiri-sendiri tanpa harus mendapatkan arahan tertentu. Hal ini yang
biasa disebut sebagai "invisible hand" dan masih menjadi pusat gagasan
dari ekonomi pasar dan capitalism itu sendiri.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Smith adalah salah satu tokoh dalam era Classical Economics dengan kontributor utama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/John_Stuart_Mill" title="John Stuart Mill">John Stuart Mill</a> and <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/David_Ricardo" title="David Ricardo">David Ricardo</a>.
 John Stuart Mill, pada awal hingga pertengahan abad 19th, berfokus pada
 "wealth" yang didefinisikannya secara khusus dalam kaitannya dengan
nilai tukar obyek atau yang sekarang disebut dengan price.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Pertengahan abad 18th menunjukkan peningkatan pada industrial
capitalism, memberi kemungkinan bagi akumulasi modal yang luas di bawah
fase perdagangan dan investasi pada mesin-mesin produksi. Industrial
capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th,
 menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan
ciri utama complex division of labor dan routinization of work tasks;
dan akhirnya memantapkan dominasi global dari capitalist mode of
production.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Hasil dari proses tersebut adalah Industrial Revolution, dimana
industrialist menggantikan posisi penting dari merchant dalam capitalist
 system dan mengakibatkan penurunan traditional <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Handicraft&amp;action=edit&amp;redlink=1" title="Handicraft (halaman belum tersedia)">handicraft</a>
 skills dari artisans, guilds, dan journeymen. Juga selam masa ini,
capitalism menandai perubahan hubungan antara British landowning gentry
dan peasants, meningkatkan produksi dari cash crops untuk pasar lebih
daripada yang digunakan untuk feudal manor. Surplus ini dihasilkan
dengan peningkatan commercial agriculture sehingga mendorong peningkatan
 mechanization of agriculture.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Peningakatan industrial capitalism juga terkait dengan penurunan
mercantilism. Pertengahan hingga akhir abad sembilan belas Britain
dianggap sebagai contoh klasik dari laissez-faire capitalism.
Laissez-faire mendapatkan momentum oleh mercantilism di Britain pada
1840s dengan persetujuan Corn Laws dan Navigation Acts. Sejalan dengan
ajaran classical political economists, dipimpin oleh Adam Smith dan
David Ricardo, Britain memunculkan liberalism, mendorong kompetisi dan
perkembangan market economy.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Pada abad 19th, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx" title="Karl Marx">Karl Marx</a>
 menggabungkan berbagai aliran pemikiran meliputi distribusi sosial dari
 sumber daya, mencakup karya Adam Smith, juga pemikiran socialism dan
egalitarianism, dengan menggunakan pendekatan sistematis pada logika
yang diambil dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel" title="Georg Wilhelm Friedrich Hegel">Georg Wilhelm Friedrich Hegel</a>
 untuk menghasilkan Das Kapital. Ajarannya banyak dianut oleh mereka
yang mengkritik ekonomi pasar selama abad 19th dan 20th. Ekonomi Marxist
 berlandaskan pada labor theory of value yang dasarnya ditanamkan oleh
classical economists (termasuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adam_Smith" title="Adam Smith">Adam Smith</a>)
 dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan
bahwa capitalism adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja:
pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan
 yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam
bentuk profit.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Pada akhir abad 19th, kontrol dan arah dari industri skala besar
berada di tangan financiers. Masa ini biasa disebut sebagai "finance
capitalism," dicirikan dengan subordination proses produksi ke dalam
accumulation of money profits dalam financial system. Penampakan utama
capitalism pada masa ini mencakup establishment of huge industrial
cartels atau monopolies; kepemilikan dan management dari industry oleh
financiers berpisah dari production process; dan pertumbuhan dari
complex system banking, sebuah equity market, dan corporate memegang
capital melalui kepemilikan stock. Tampak meningkat juga industri besar
dan tanah menjadi subject of profit dan loss oleh financial speculators.
 Akhir abad 19th juga muncul "marginal revolution" yang meningkatkan
dasar pemahaman ekonomi mencakup konsep-konsep seperti marginalism dan
opportunity cost. Lebih lanjut, Carl Menger menyebarkan gagasan tentang
kerangka kerja ekonomi sebagai opportunity cost dari keputusan yang
dibuat pada margins of economic activity.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Akhir 19th dan awal 20th capitalism juga disebutkan segagai era
"monopoly capitalism," ditandai oleh pergerakan dari laissez-faire phase
 of capitalism menjadi the concentration of capital hingga mencapai
large monopolistic atau oligopolistic holdings oleh banks and
financiers, dan dicirikan oleh pertumbuhan corporations dan pembagian
labor terpisah dari shareholders, owners, dan managers.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Perkembangan selanjutnya ekonomi menjadi lebih bersifat statistical,
dan studi tentang econometrics menjadi penting. Statistik memperlakukan
price, unemployment, money supply dan variabel lainnya serta
perbandingan antar variabel-variabel ini, menjadi sentral dari penulisan
 ekonomi dan menjadi bahan diskusi utama dalam lapangan ekonomi. Pada
quarter terakhir abad 19th, kemunculan dari large industrial trusts
mendorong legislation di U.S. untuk mengurangi monopolistic tendencies
dari masa ini. Secara berangsur-angsur, U.S. federal government
memainkan peranan yang lebih besar dalam menghasilkan antitrust laws dan
 regulation of industrial standards untuk key industries of special
public concern. Pada akhir abad 19th, economic depressions dan boom and
bust business cycles menjadi masalah yang tak terselesaikan. Long
Depression dari 1870s dan 1880s dan Great Depression dari 1930s
berakibat pada nyaris keseluruhan capitalist world, dan menghasilkan
pembahasan tentang prospek jangka panjang capitalism. Selama masa 1930s,
 Marxist commentators seringkali meyakinkan kemungkinan penurunan atau
kegagalan capitalism, dengan merujuk pada kemampuan Soviet Union untuk
menghindari akibat dari global depression.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Macroeconomics mulai dipisahkan dari microeconomics oleh John Maynard
 Keynes pada 1920s, dan menjadi kesepakatan bersama pada 1930s oleh
Keynes dan lainnya, terutama John Hicks. Mereka mendapat ketenaran
karena gagasannya dalam mengatasi Great Depression. Keynes adalah tokoh
penting dalam gagasan pentingnya keberadaaan central banking dan campur
tangan pemerintah dalam hubungan ekonomi. Karyanya "General Theory of
Employment, Interest and Money" menyampaikan kritik terhadap ekonomi
klasik dan juga mengusulkan metode untuk management of aggregate demand.
 Pada masa sesudah global depression pada 1930s, negara memainkan
peranan yang penting pada capitalistic system di hampir sebagian besar
kawasan dunia. Pada 1929, sebagai contoh, total pengeluaran U.S.
government (federal, state, and local) berjumlah kurang dari
sepersepuluh dari GNP; pada 1970s mereka berjumlah mencapai sepertiga.
Peningkatan yang sama tampak pada industrialized capitalist economies,
sepreti France misalnya, telah mencapai ratios of government
expenditures dari GNP yang lebih tinggi dibandingkan United States.
Sistem economies ini seringkali disebut dengan "mixed economies."</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Selama periode postwar boom, penampakan yang luasa dari new
analytical tools dalam social sciences dikembangkan untuk menjelaskan
social dan economic trends dari masa ini, mencakup konsep
post-industrial society dan welfare statism. Phase dari capitalism sejak
 awal masa postwar hingga 1970s memiliki sesuatu yang kerap disebut
sebagai “state capitalism”, terutama oleh Marxian thinkers.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Banyak economists menggunakan kombinasi dari Neoclassical
microeconomics dan Keynesian macroeconomics. Kombinasi ini, yang sering
disebut sebagai Neoclassical synthesis, dominan pada pengajaran dan
kebijakan publik pada masa sesudah World War II hingga akhir 1970s.
pemikiran neoclassical mendapat bantahan dari monetarism, dibentuk pada
akhir 1940s dan awal 1950s oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Milton_Friedman" title="Milton Friedman">Milton Friedman</a> yang dikaitkan dengan University of Chicago dan juga supply-side economics.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Pada akhir abad 20th terdapat pergeseran wilayah kajian dari yang
semula berbasis price menjadi berbasis risk, keberadaan pelaku ekonomi
yang tidak sempurna dan perlakuan terhadap ekonomi seperti biological
science, lebih menyerupai norma evolutionary dibandingkan pertukaran
yang abstract. Pemahaman akan risk menjadi signifikan dipandang sebagai
variasi price over time yang ternyata lebih penting dibanding actual
price. Hal ini berlaku pada financial economics dimana risk-return
tradeoffs menjadi keputusan penting yang harus dibuat.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Masa postwar boom yang lama berakhir pada 1970s dengan adanya
economic crises experienced mengikuti 1973 oil crisis. “stagflation”
dari 1970s mendorong banyak economic commentators politicians untuk
memunculkan neoliberal policy diilhami oleh laissez-faire capitalism dan
 classical liberalism dari abad 19th, terutama dalam pengaruh Friedrich
Hayek dan Milton Friedman. Terutama, monetarism, sebuah theoretical
alternative dari Keynesianism yang lebih compatible dengan
laissez-faire, mendapat dukungan yang meningkat increasing dalam
capitalist world, terutama dibawah kepemimpinan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ronald_Reagan" title="Ronald Reagan">Ronald Reagan</a> di U.S. dan Margaret Thatcher di UK pada 1980s.</span></span></h2>
<h2>
<span style="color: white;"><span style="background-color: black;">
Area perkembangan yang paling pesat kemudian adalah studi tentang
informasi dan keputusan. Contoh pemikiran ini seperti yang dikemukakan
oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Stiglitz" title="Joseph Stiglitz">Joseph Stiglitz</a>.
 Masalah-masalah ketidakseimbangan informasi dan kejahatan moral dibahas
 disini seperti karena memengaruhi modern economic dan menghasilkan
dilema-dilema seperti executive stock options, insurance markets, dan
Third-World debt relief.</span></span></h2>
</div>

 

 

 

.

 

1 comment:

Artikel Terkait

Back to top
Electricity Lightning
Mau Widget Ini? Klik Disini